Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

: Masih (Bodoh)

Gambar
Iya. Masih. Entah sampai kapan. Bisa bisanya terus berharap pada yang tak mau menetap. Sampai kapan? Kau mau menunggu sampai hujan berbalik ke langit? Lihat, bahkan pagi yang berkisah tentang dia masih saja kau dengarkan dengan kerinduan yang mendalam! Padahal tokoh dalam cerita itu mungkin saja sedang menari riang dengan hati yang baru saja ia menangkan. Masih mau bodoh? Terserah saja kalau begitu. Selamat menanti sampai hatimu dihiasi jaring laba laba emas yang sedang merajut sarangnya. Kalasan, 31 Maret 2017 #johanaocta Instagram : @jo_dan_kata #cerita #prosa #prosaindonesia #ceritapendek #kisah #rangkaiankata #rangkaianrasa #kata #menulis #aktifmenulis

Gadis Berkerudung Jingga

Gambar
     Lagi-lagi hujan sore ini menghambat kegiatanku. Lalu lintas sore yang padat serta sulitnya mencari angkutan umum yang kosong membuatku harus terjebak sendiri di halte depan kampus ini.      Menyesal rasanya menolak ajakan Andra untuk pulang bersama tadi. Tapi aku hanya tak ingin membangkitkan perasaan lama yang telah kutanggalkan padanya. Kami memang pernah berbagi rasa dan merangkum mimpi bersama, tapi itu dulu sebelum aku mengetahui pertaruhan rahasia antara Andra dan Rangga. Pertaruhan untuk menjadikanku kekasih salah satu dari mereka hanya demi sebuah PS4 terbaru. Begitu kejamnya perbuatan mereka kepadaku, seorang perempuan penyendiri, sebagai bahan pertaruhan mereka, sehingga menyisakan kepahitan dalam hati tentang ketulusan hati seseorang pada sebuah hubungan. Karenanya sejak saat itu, aku tak percaya lagi pada cinta seorang laki-laki.      Ah, lupakan saja perihal kejadian yang tak menyenangkan itu. Aku sudah tak ...

Kepada Kirana

Gambar
Hari masih terlalu pagi untuk mengenangmu, Kirana. Tapi kisah kemarin membuatku terhenyak sesaat. Aku melihat gurat tawa yang sama pada wajah yang berbeda. Senyum yang selalu kudapat dari raut wajah manismu, kemarin kutemukan kembali. Namun sayang, ia tidak tercipta di wajah yang seharusnya. Wajahmu. Kirana, entah sudah berapa purnama yang aku jalani tanpamu. Dan sudah beribu kali aku mencoba untuk melupakanmu, tapi lagi-lagi segala kenang tentangmu hadir tanpa kuundang datang. Menyelinap tanpa permisi dalam benakku, hingga lahir rindu baru. Kirana, entah kapan aku bisa kembali menikmati senyum manismu. Dulu, akulah pencipta gurat tawa itu di wajahmu. Ronamu tampak begitu bersinar kala ia kau ukir di parasmu. Kau tampak begitu cantik mempesona dan akulah sang pecandu senyum itu. Bahagiaku terasa sempurna melihat gurat rasa yang kau lukis di wajahmu itu. Kirana, salahkah jika pagi ini aku merindumu? Sementara jalan kita sudah tak lagi sama. Salam, Adityakundala #johanaocta Inst...

Perihal Riuh yang Melelahkan

Gambar
        K eriuhan itu jauh di sana, namun terdengar dan dirasakan juga di sini. Tulisan-tulisan yang menyuarakan hal-hal yang belum tentu benar, suara-suara sumbang yang sarat kebencian, gambar gambar tak jelas yang lalu lalang di linimasa terkadang membuat hati berdetak lebih kencang. Lalu sebuah tanya mucul dalam benak, ‘ini apa lagi?’             Tak bermaksud menyudutkan, tapi bukankah setiap insan punya akal, pikiran juga hati nurani, mengapa tak membiarkan saja mereka menilai sendiri? Tak perlu menceritakan keburukan untuk mendapat dukungan, juga menebar kebencian untuk sekedar dianggap benar. Bukankah lebih baik menebar kebaikan juga membangun hal-hal positif hingga akhirnya masyarakat bisa menilai dan memutuskan.  Toh yang menentukan hasil akhirnya nanti adalah Ia yang memberi kita hidup.  Bukanlah suatu kesia-siaan jika kita berharap mendapatkan sesuatu dengan cara yang buruk?  ...

Waktu Merajuk (1)

Gambar
"Hei, bangun! Sudah siang!" Jam Beker berteriak nyaring pada Selimut yang masih nyaman memeluk tubuh Tuan Jenkins. "Diam, Beker! Tak bisakah kau sejenak bungkam dan tak mengingatkan perihal waktu. Aku masih ingin memeluk tubuh kekasihku ini," tukas Selimut masih dengan posisi yang sama. "Tapi lihatlah! Matahari sudah memanjat langit. Lekas lepaskan pelukanmu itu, Selimut! Biarkan Tuan Jenkins bangun!!" Jam beker masih saja berteriak dengan lantang. "Ah, Diaaaaaam!" Tiba-tiba lengan kekar Tuan Jenkins sudah bergerak sehingga Jam Beker terlempar jatuh ke lantai. Seketika Jam Beker terdiam. Ia tak lagi berteriak lantang. Hanya detiknya saja yang berdetak menandakan bahwa ia masih bernyawa. "Sudah, kau diam saja. Jangan sampai Tuan Jenkins melemparmu keluar jendela seperti yang ia lakukan pada saudaramu. Ssst....diam saja," Selimut berbisik lirih pada Jam Beker yang tergeletak tak berdaya di lantai kamar. Ia pun kembali memeluk erat t...

Keras Hati

Gambar
Bumi beredar mengelilingi matahari, itu sudah sejatinya. Dan ia tak pernah mengeluh, merajuk, lalu berhenti berevolusi hanya karena sepatah kata kata 'lelah' ataupun 'bosan'. Itu sudah suratan yang tak dapat dielakkan. Tapi kita berbeda. Kita bukan ternak yang diam begitu saja ketika penggembala mengiring menuju kandang. Kita punya rasa juga akal untuk berpikir sehat. Memilih yang sebaiknya dijalani, juga mengingini yang masih bisa dimiliki. Untuk apa berkeras hati pada yang tak pasti? Ingat, hati juga bisa letih menanti. Masih bersikeras mengingini yang melangkah pergi? Kalasan, 15 Maret 2017 #johanaocta instagram : @jo_dan_kata

Perihal Melepaskan

Gambar
Sebuah perjalanan mengajari tentang arti melepaskan. Merelakan sebuah suratan yang sudah digariskan. Memahami bahwa tak selamanya pertemuan akan berakhir pada satu titik tuju yang sama. Juga tentang rasa yang selalu saja hadir tanpa bertanya. Ia dengan pongah merambah kedalaman jiwa. Mengusik ketenangan hati pada perpisahan yang sudah dilupakan. Lalu seenaknya saja ia meminta perhatian, bahkan mengajak kembali merasakan yang sudah ditanggalkan. Jangan salahkan waktu yang tak mau tahu tentang perasaan masa lalu itu. Jangan merajuk pada jarak yang membuat hati tak bisa berharap banyak pada yang tak selalu nampak. Karena pada akhirnya, kita tak bisa memaksa dengan siapa akan menetap. Semua sudah dituliskanNya. Seberapa besar kita menaruh usaha untuk mendapatkan, jika garis temu kita dipisahkan olehNya, maka relakan saja jika pada akhirnya kita tak pernah bisa bersama. Namun, janganlah melupa. Bahwa Sang Maha sudah menyediakan segala. Juga seorang yang akan membalut luka perpisahan dan...

Sebuah Keputusan

Gambar
Hujan mengurung kisah dengan rinainya. Jingga bersama secangkir kenangan yang terseduh dalam aroma teh hijau , duduk sendiri di sudut teras ini, mengenang. Seseorang yang pernah menemaninya menikmati seduhan minuman hasil petikan pucuk dedaunan camelia sinesis, telah menjauh. Pergi membawa potongan rasa yang tak bisa dimiliki. Senja sore itu masih terbingkai dengan manis dalam angan, juga derai hujan yang menggenapinya. Bahkan genggaman tangan sore itu pun masih bisa Jingga rasakan getarnya, pun percakapan singkat yang mengakhiri segala momen kebersamaan mereka. "Aku mencintaimu, Lang. Amat sangat." "Kalau begitu tinggallah dan jangan pergi." "Aku ingin, tapi aku tak bisa. Dia yang memilikiku sangat pencemburu, dan aku mencintaiNya." "Lalu, bagaimana dengan cintamu padaku, Ji?" Jingga terdiam kala itu. Ia menunduk dan memandangi cairan dalam cangkir yang mulai lesap aromanya itu. Langit mengusap punggung tangannya, dan Jingga tergetar kare...

Ketidakrelaan

Gambar
Teriknya sinar mentari siang ini, disapu oleh kesejukan serangkai kata. Ia tak bicara perihal memiliki. Hanya sapa biasa, namun meninggalkan kesan di dada. Ada rasa hangat yang menyelinap, lalu tinggal di sana. Kamu yang pernah kurindukan dalam rentang jarak. Kamu yang kemudian memilih pergi tanpa ucap, tetiba datang membawa serangkaian rasa. Ada kerinduan yang menyeruak, memaksa hasrat untuk kembali menuntut jumpa, namun akal sehat ini masih saja bekerja begitu giat. Ia menahan diri untuk sekedar mengungkap bahwa aku masih berharap pada rasa yang tak termiliki itu. Ah, mengapa aku tak bisa menepis saja semua yang telah berlalu ini, selalu saja ada damba bagi hati yang tak mau menetap. Entah apa namanya ini, mungkin kebodohan atau kekerasan hati yang tak mau menerima. Selalu saja, melepas semua kenang tentangmu berakhir di jalan buntu. Atau memang aku yang tak mau? Kalasan, 10 Maret 2017 #johanaocta Instagram : @jo_dan_kata

Pilihan

Gambar
Bila hanya sebatas senja kau datang, bagaimana kuhabiskan malam-malamku? Haruskah kumenunggu pagi, menyusuri siang untuk bisa bertemu lagi denganmu? Lalu dengan apa aku menjaga gairah yang kau letupkan? Mengapa kau tak memilih saja tinggal, lalu bercumbu bersamaku menghabiskan malam? Tak bermaksud mengekang, aku hanya takut asmara ini padam kala rembulan keburu datang. Jadi, putuskanlah sekarang. Mau tinggal atau usah lagi kau datang. Kalasan, 6 Maret 2017 #johanaocta Instagram : @jo_dan_kata #cerita #prosa #pilihan #prosaindonesia #kisah #rangkaiankata #rangkaianrasa #menulis #aktifmenulis

Perihal Pamrih

Gambar
Raut muka Bias pagi ini tampak kesal. Mulut mengerucut dan napasnya sedikit memburu. "Mengapa kau nampak kesal, Bi?" "Aku sudah menolongnya kala ia kesusahan, tapi dia malah berlaku sebaliknya sekarang." "Lalu apa yang membuatmu kesal? Bukankah kau sudah berbuat baik dengan menolongnya dulu?" "Seharusnya dia melakukan hal yang sama. Sekarang." "Kau berharap pamrih dari perbuatan baikmu itu, Bi?" "Bukan itu maksudku, Binar. Setidaknya ia juga harus membantuku kala aku sedang kesulitan." "Bi, ketika kamu berbuat baik itu adalah kewajibanmu sebagai manusia. Tapi bukan hakmu untuk menuntutnya berbuat yang sama. Jadi, mengapa kamu gusar? Memang membalas kebaikan  orang lain itu perlu. Tapi perlu bagi siapa? Bagi yang memberi pertolongan atau yang diberi pertolongan? Tentunya untuk yang diberi pertolongan, kan. Jadi, kita sebagai pihak yang memberi pertolongan tidak mempunyai hak untuk menuntutnya mengembalikan pertolon...

TERHENYAK SESAAT

Gambar
Hanya satu kalimat tanya. Namun sempat membuat waktu sejenak bagai terhenti, dan kembali ke masa silam. Membuat semua kenangan yang tersimpan di lubuk hati terdalam kembali menyeruak dalam waktu singkat. Lalu rasa yang dulu sempat akrab sekilas mampir di dada. Ada debar yang tak biasa, nyeri manis pada rongga perut bagai dikelitik oleh kepak sayap ribuan kupu-kupu di dalam. Lalu, terhanyutkah aku? Sesaat, iya. Kenangan yang sempat tertulis dalam ratusan lembaran kertas yang sempat berkisah tentang hari-hari yang kita lalui bersama dalam jarak. Hingga ketika semua terhenti tanpa ada salam perpisahan. Berakhir begitu saja, bahkan sebelum sempat terjalin ikatan. Karena sebuah kalimat tanya, sejenak anganku berkelana membawaku ke masa silam. Dan adegan-adegan manis berkeliaran di alam pikiran. Namun kenyataan membuat semua rasa yang indah hanya menjadi sebuah kenangan untuk dikenang. Dan semuanya terangkum dalam sebuah kata 'masa lalu'. #johanaocta Instagram : @jo_dan_ka...

Perihal Melepaskan

Gambar
Terkadang langkah tertahan oleh rasa yang telah pergi. Hati  masih mencoba tertaut pada yang tak ingin dimiliki. Diri berkilah bahwa ini hanya sementara dan ia pasti akan kembali. Entah atas dasar cinta mati atau kebodohan hingga pintu hati tak mau terbuka lagi untuk yang ingin tulus berbagi rasa. Padahal bisa saja, ia yang mencoba mengetuk pintu hatimu itu adalah ia yang menginginkanmu untuk melengkapi tulang rusuknya yang hilang. Lalu, apa salahnya melepas yang tak ingin tinggal? Jika di luar sana ada ketulusan hati yang mau menerima hadirmu untuk menghabiskan sisa hidupnya bersamamu. Selamat menemukan ketulusan cinta. . . Kalasan, 4 Maret 2017 #johanaocta Instagram : @jo_dan_kata #cerita #prosa #prosaindonesia #kisah #kisahcinta #kumpulancerita #kata #menulis #rangkaiankata #cinta #aktifmenulis #johanaocta2017

Fatamorgana Rasa

Gambar
Aku berjalan menyusuri setiap jejak yang tertinggal. Kucoba menyesap aroma yang mungkin masih ada. Kuresapi setiap adegan sempat terbingkai, lalu kucoba memaknainya. Aku menengadah, kunikmati biru langit bertabur daun yang menua di atas sana. Sehelai daun kering meluruh jatuh tepat di wajahku. Sejenak mata memejam dan kulihat bayangmu sekelebat hadir di pelupuk. Ah, kamu masih indah, senyummu pun masih sama menawannya. Sorot matamu tak berubah, masih sarat renjana. Perlahan kubuka mataku dan bayangmu menjadi niskala. Kamu tak ada dan aku hanya sendiri. Lagi-lagi aku terjerat pada fatamorgana rasa yang tak mau pergi. Aku melupa bahwa rasa itu sudah tak ada. Ia melesap bersama langkahmu yang kian menjauh. Kamu kini hanyalah segaris kenangan yang pernah mengisi lembar kehidupan. Hanya ... pernah. Kalasan, 3 Maret 2017 #johanaocta Instagram : @jo_dan_kata #cerita #prosa #prosaindonesia #kisah #cinta #menulis #rangkaiankata #kata #aktifmenulis

Konspirasi Akal Sehat

Gambar
Terkadang aku ingin bersapa, menanyakan perihal hari yang sedang kau jalani. Namun akal sehat ini menahan jemari mengetik sebaris kalimat untukmu. Aku tak tahu apa maksud akal sehatku ini. Mengapa aku tak boleh rindu? Bukankah rasa adalah soal kejujuran hati? Ah, ternyata kata hatiku pun berkonspirasi dengan akal sehat, mereka melarangku untuk sekedar mengenangmu. Tapi mereka tak tahu, bahwa aku sudah bersekutu dengan angan untuk tetap menahanmu di sana. Kadang aku bisa melihat kelebatan bayangmu, juga sejenak merasakan kisah perjumpaan terakhir kita. Tapi lagi-lagi, akal sehat memergokinya, hingga akhirnya ia menghapus bayangmu. Sekarang yang tinggal adalah rasa rindu, yang kusimpan jauh di lubuk hatiku. Mudah-mudahan, akal sehat tak mengetahuinya. Semoga begitu. Kalasan, 1 Maret 2017 #johanaocta Instagram : @jo_dan_kata #cerita #kumpulancerita #prosa #prosaindonesia #kisah #menulis #rangkaiankata #rangkaianrasa #kata #aktifmenulis