Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2015

Warna Jingga Arana

Arana berjalan menyusuri pantai di kota kecil ini. Ia melangkah perlahan, seakan ia ingin agar waktu pun tak melaju cepat. Ombak yang sesekali menyentuh kaki telanjangnya seperti ingin mengajak bersama-sama menari diiringi riuh deburnya tiap memecah karang. Arana merasakan sensasi dingin menyentuh kaki-kakinya. Arana berhenti melangkah, ia menatap gulungan ombak yang baru saja terbentuk  dan kemudian pecah menyentuh bumi , lalu membawa pasir-pasir di bibir pantai melaju bersamanya. Arana sangat menyukai pemandangan ini. Juga bunyi debur ombaknya. Arana memang sangat mencintai pantai, sama seperti ia mencintai suasana senja ketika sang surya kembali ke peraduannya. Arana kembali berjalan, hingga sampai di batu karang yang landai yang ada di tepi pantai itu. Ia duduk di atasnya sambil memeluk lututnya. Pandangan lurus ke depan ke arah luasan samudra yang ada di hadapannya. Arana tenggelam dalam lamunannya. Sesekali ia menghela napas dalam-dalam. “Hidup,” bisiknya perlahan. “Apak...

Reuni

Arana duduk sendiri di tengah keramaian sebuah tempat makan legendaris di Jogja. Rana, demikian ia biasa dipanggil, memang memiliki janji untuk bertemu dengan teman masa sekolahnya dulu. Mereka secara tak sengaja bertemu di situs pertemanan sosial media. Hal yang masa kini merupakan hal yang sangat wajar terjadi. Rana biasanya menolak untuk ikut dalam acara reuni di sekolahnya. Ia bukan tak suka bertemu lagi dengan teman-teman masa lalunya, hanya saja ia sedikit malas untuk bercerita tentang kehidupannya kepada orang lain. Di sebuah reuni memang sering kali ada pertanyaan-pertanyaan umum yang mungkin bagi orang lain itu hal biasa, namun tidak bagi Rana yang memiliki kisah yang berbeda dengan orang kebanyakan. Namun entah mengapa kali ini ia menyetujui bertemu dengan seorang teman masa sekolahnya. Rana sendiri tak tahu alasannya. Adityakundala, Rana menyebutkan nama itu dalam hatinya. Ya, orang yang akan ditemuinya siang ini adalah Adityakundala. Ditya, demiki...

Sebuah Kisah Putih Biru

               Malam ini sambil menunggu kantuk datang, seperti biasa aku bergabung dalam obrolan di salah satu grup chat di mana para anggotanya adalah teman-teman masa SMP. Sambil bergabung dalam obrolan, aku juga sedang menyelesaikan salah satu cerita pendek yang kutulis untuk bahan blogku ditemani segelas susu pisang. Ketika seorang teman mempertanyakan kenapa grup sepi tidak seperti biasanya di jam-jam seperti ini biasanya grup ramai, aku memposting foto segelas susu dengan latar belakang laptop berisi tulisanku. Dari situlah kemudian obrolan mengenai blogku dimulai, tentunya dibarengi dengan topik-topik yang lain. Memang grup chat kami ini tidak selalu membahas sesuatu yang sama dalam satu waktu obrolan, obrolan kami sangat random. Kemudian salah seorang sahabat memintaku untuk menulis tentang masa-masa SMP. Bersamaan dengan obrolan dalam grup chat, aku pun juga sedang mengobrol dengan salah seorang sahabat s...