Warna Jingga Arana
Arana berjalan menyusuri pantai di kota kecil ini. Ia melangkah perlahan, seakan ia ingin agar waktu pun tak melaju cepat. Ombak yang sesekali menyentuh kaki telanjangnya seperti ingin mengajak bersama-sama menari diiringi riuh deburnya tiap memecah karang. Arana merasakan sensasi dingin menyentuh kaki-kakinya. Arana berhenti melangkah, ia menatap gulungan ombak yang baru saja terbentuk dan kemudian pecah menyentuh bumi , lalu membawa pasir-pasir di bibir pantai melaju bersamanya. Arana sangat menyukai pemandangan ini. Juga bunyi debur ombaknya. Arana memang sangat mencintai pantai, sama seperti ia mencintai suasana senja ketika sang surya kembali ke peraduannya. Arana kembali berjalan, hingga sampai di batu karang yang landai yang ada di tepi pantai itu. Ia duduk di atasnya sambil memeluk lututnya. Pandangan lurus ke depan ke arah luasan samudra yang ada di hadapannya. Arana tenggelam dalam lamunannya. Sesekali ia menghela napas dalam-dalam. “Hidup,” bisiknya perlahan. “Apak...