Dongeng : Rahasia Hati Yupitra

        Alkisah di jaman dahulu kala, terdapatlah sebuah perguruan silat yang sangat terkenal bernama "Padepokan Perisai Perak". Perguruan silat ini terletak di sebuah kota kecil di pesisir Samudra Hindia. Banyak pemuda-pemudi yang ingin berguru di padepokan ini. Selain karena ilmu bela diri yang diajarkan memang terkenal tangguh, juga karena padepokan ini selalu menjuarai pertandingan silat tiap tahunnya.

         Tersebutlah seorang gadis berperawakan cilik namun lincah dan berkarakter tegas, juga belajar di padepokan ini. Gadis ini bernama Yupitra. Awalnya ia mendaftar di padepokan ini karena keinginannya untuk bisa menguasai ilmu bela diri guna mempertahankan diri dari gangguan para pemuda berandal yang sering mengacau dan mengganggu gadis-gadis di desanya. Ketika mendengar nama besar "Padepokan Perisai Perak", ia pun memberanikan diri meminta ijin orang tuanya agar diperbolehkan belajar di padepokan ini. Beruntung orang tuanya memperbolehnya, mengingat saat itu sangatlah tidak lazim bagi seorang gadis untuk belajar bela diri. Ia pun mendaftar dan mengikuti beberapa rangkaian tes, berkat kemampuan dan kecerdasan yang dimilikinya akhirnya ia diterima menjadi salah satu murid di sana.

          Yupitra belajar dengan tekun dan rajin. Tidak pernah sekalipun ia melewatkan pelajaran yang diberikan. Ia juga sangat taat pada setiap peraturan yang ada di padepokan itu. Setiap waktu yang ia lewati setiap harinya digunakan untuk memfokuskan diri pada tiap pelajaran yang ia terima. Ia tidak pernah memikirkan hal yang lain selain belajar, hingga pada suatu saat ia merasakan sesuatu yang lain di hatinya. Hal itu bermula dari kedatangan seorang guru baru bernama Sahari yang mengajar di sana. Entah karena wajahnya yang memang rupawan, atau karena gaya mengajar dan sikapnya yang begitu perhatian dengan para murid di padepokan itu, mendadak Sahari pun menyentuh hatinya, menciptakan perasaan lain. Yupitra jadi lebih memperhatikan Sahari setiap kali mengajar. Setiap arahan dan pelajaran yang diberikan Sahari selalu ia dengarkan dan laksanakan sebaiknya-baiknya. Yupitra ingin menjadi murid terbaik dan membanggakan Sahari. Terkadang di kala waktu rehat tengah hari, Yupitra diam-diam menikmati wajah tampan Sahari dari kejauhan. Tanpa Yupitra sadari dari sudut hatinya yang terdalam muncul benih-benih cinta. Ia ingin memiliki hati Sahari dan menjadi kekasihnya. Namun Yupitra menyadari bahwa semua rasa yang ia punya hanyalah semua asa yang semu. Ia pun memendam semua rasa yang dimiliki,

         Di suatu sore yang cukup berangin ketika langit mulai menjingga, Yupitra berkesempatan untuk menikmati senja bersama Sahari. Mereka duduk bersisian di lapangan yang biasa mereka gunakan untuk latihan bela diri. Setelah mengumpulkan segenap keberaniannya, Yupitra memberanikan diri untuk bertanya kepada sang guru. Gadis ini berpikir bahwa kesempatan untuk saling bertukar kata dengan sang guru tidaklah mungkin bisa ia temui lagi. Maka inilah saatnya, batin Yupitra dalam hati.

       "Guru, jikalau diijinkan, bolehkah saya mengajukan pertanyaan kepada Guru?"

       "Oh, tentu saja boleh. Apa yang ingin kau tanyakan, Yupitra?"

    Yupitra terpana dengan jawaban sang guru, ia tidak menyangka bahwa sang guru mengetahui namanya.  "Guru....Anda tahu nama saya?" tanyanya.

      "Tentu saja aku tahu. Sebagai seorang guru yang baik, aku harus mengenal siapa yang sedang berguru padaku. Nah, sekarang apa yang ingin kau tanyakan?"

         "Sebelumnya saya minta maaf seandainya pertanyaan saya tidak berkenan di hati Guru."

          Sahari hanya menganggukkan kepalanya.

        "Guru, sudah bukan rahasia lagi, bahwa para siswi di padepokan ini menyukai dan mengagumi Anda. Selain karena ilmu beladiri yang Guru miliki begitu sakti, juga karena wajah Guru yang rupawan. Tapi saya perhatikan, Guru selalu bersikap ramah kepada kami semua dan tidak pilih kasih dalam mengajar. Bolehkah saya tahu alasannya, Guru?"

       "Ah, maksudmu para siswi yang menaruh hati padaku itu? Apakah kamu termasuk salah satunya, Yupitra?" tanya Sahari sambil tersenyum.

       "Guru membuat saya menjadi malu," jawab Yupitra dengan wajah memerah.

       "Mengapa harus malu, Yupitra? Mencintai atau menyukai seseorang itu bukan hal yang memalukan. Yang memalukan adalah mengingini sesuatu yang sudah menjadi milik orang lain. Baiklah, aku akan mencoba menjawab pertanyaanmu. Begini, sebagai guru tentunya aku tidak boleh bersikap pilih kasih atau memihak kepada salah seorang muridku. Aku harus bisa bersikap adil kepada semua muridku. Itulah sebabnya, aku sengaja tidak menginginkan salah satu dari kalian untuk mengisi hatiku. Bukan karena aku tak mau atau karena aku tak suka, Yupitra. Namun, jika aku memilih salah satu dari kalian untuk mengisi dan memiliki hatiku, maka aku sudah tak dapat lagi berpikir dan menilai secara obyektif, karena hatiku pasti akan ikut berbicara. Itulah sebabnya, aku selalu bersikap ramah kepada semua siswa dan siswi di padepokan ini. Aku tidak ingin salah satu merasa lebih istimewa dari yang lain. Aku ingin kalian semua merasa sama dan itu akan menjadikan padepokan kita semakin kompak, karena masing-masing merasa mendapat perlakuan yang sama. 
Di samping itu, aku masih belum memikirkan hal yang lain, selain membuat padepokan kita semakin termasyur di dunia persilatan."

     Yupitra mendengarkan penjelasan sang guru dengan seksama. Sekarang ia mengerti mengapa sang guru tidak pernah mengistimewakan salah satu di antara para murid di padepokan ini. Namun, Yupitra tidak menyesal pernah menyimpan rasa untuk gurunya, karena setelah perbicangan dengan gurunya ini, ia semakin mengenal sifat baik yang dimiliki Sahari. Ia tidak menyesal pernah menyukai orang yang begitu baik dan bercita-cita luhur. Menyukai, mencintai, memang tidak harus memiliki.  Ia menyadari dirinya masih terlalu muda untuk mengenal cinta yang sesungguhnya. Dan saat ini yang bisa dia lakukan untuk mengungkapkan rasa yang ia miliki adalah dengan berjuang bersama gurunya untuk mewujudkan mimpi mulia sang guru. Yupitra berjanji akan belajar terus dengan baik di padepokan ini, agar ia bisa ikut mewujudkan cita-cita gurunya untuk membuat padepokan ini semakin termasyur di dunia persilatan. Bagaimanapun, ia adalah bagian dari padepokan ini.

      Dan ketika akhirnya kegelapan mulai melingkupi bumi, Sahari mengajak murid kecilnya ini untuk bersama-sama menjalankan ibadah, karena dari kejauhan suara adzan magrib sudah terdengar.

                             -T A M A T-



PS.
Dongeng ini tercipta dari ruang chat bersama teman-teman masa kecilku.
Terima kasih sudah menginspirasi kisah dalam dongeng ini.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Cerita : Tentang Sebuah Cinta

Dongeng : Ketika Matahari dan Bulan Saling Mencintai