Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Kucari Kamu

Malam ini terasa begitu dingin Angin malam yang jumawa Seakan ingin menunjukkan cakarnya Mencengkram dengan begitu kuatnya Langit yang gelap Semakin ciptakan kebekuan Bahkan bulan pun tak ingin hadir di sana Hanya ada hitam yang semakin pekat Hadirkan rasa sunyi yang semakin akrab Ku nikmati nada sepi yang mengalun Dengan segenap asa yang tersisa Dan  rindu yang kian menggelora Kucari kamu.... Kucari bayangmu..... Namun kamu tak ada. Kalasan, 29 November 2015 Pada 23.27 WIB

Tentang Sebuah Asa

Menggores kata di semburat senja Merangkum damba di sudut hati Menatap pada lingkaran sunyi Kosong....hampa.... Sementara di langit gelap Arana tak menampakan dirinya Ia bersembunyi di balik awan pekat Menutupi nelangsa di jiwanya Jika jingga tanda kehadirannya Mengapa tak jua waktu berpihak? Mengapa mendung harus selalu menutupi mega? Tidakkah cukup penantiannya? Tidakkah cukup ia merajut asa? Atau harus ada hitam yang sempurna, Agar cahayanya bisa tercipta? Kalasan, 26 November 2015

Sajak Tentang Rindu

Tanah yang kerontang Rindukan hadirnya hujan yang lebat Agar dapat satukan butiran debu Yang terpisahkan oleh teriknya mentari Hati yang gelisah menanti Mendambakan sebuah kehadiran Tuk dapat redamkan gejolak diri Yang menggelora oleh pekatnya rindu Jika sore ini hujan turun Ciptakan rinai yang dirindukan bumi Mengapa semesta tak biarkan Dua hati yang mengharap pertemuan Tuk dapat saling menatap? Mereka tak meminta yang lebih Hanya temu untuk redakan gundah Hanya peluk untuk menyapu rindu Hanya kata untuk sampaikan rasa Wahai semesta, Sampai kapankan mereka harus menunggu? Tidak bisakah kau ciptakan mereka waktu? Kalasan, 25 November 2015 - Kala merindukan hadirmu sudah seperti alunan napas yang tak pernah berhenti -

Pertemuan Dua Hati

Gambar
Arana kembali berjalan menyusuri pantai. Kali ini ia tidak berjalan seorang sendiri. Di sampingnya ada seseorang yang menemaninya. Seseorang yang yang selalu ia rindukan. Seseorang yang selalu ia ingat pada malam sebelum ia tidur, dan pada pagi hari saat ia membuka mata. Seseorang yang namanya selalu ia sebut dalam saat-saat doanya. Seseorang yang akhirnya kembali hadir setelah penantiannya yang panjang. Seseorang itu bernama Adityakundala Pradipta. Mereka berjalan bersisian  dalam diam. Masing-masing tampak sibuk dengan pikirannya, padahal dalam hati mereka masing-masing saling menyimpan kerinduan yang sangat dalam. Akhirnya Aditya memecah keheningan di antara mereka. “An, kok diam aja dari tadi?” tanyanya kepada Arana. “Abis kamu juga diam aja, Dit, aku jadi bingung mau ngomong apa?” jawab Arana sambil tersenyum. “Kita duduk di situ, yuk”, kata Aditya sambil menunjuk ujung pemecah ombak yang memanjang menjorok ke laut. Arana menganggukkan kepalanya. Mereka lalu duduk...

Sebuah Cerita di Sore Berhujan

            Hari ini hujan turun membasahi kota Yogyakarta tercinta. Hujan yang pasti sudah dirindukan oleh semua makhluk di bumi. Hujan yang dirindukan. Saya duduk sendiri di ruang tengah rumah saya yang sederhana, namun nyaman (bahasa gaulnya cozy.... J ). Sendirian di tengah hujan bersama sepi yang sudah menjadi teman setia saya. Tidak ada hal yang saya lakukan, semua buku sudah saya baca, ruang chat di sosial media sepi, menonton televisi? Ah saya tidak terlalu suka menonton televisi. Akhirnya yang saya lakukan adalah membaca postingan-postingan saya di blog saya. Salah satu postingan bercerita tentang murid-murid saya. Entah mengapa hati saya kemudian tergerak untuk bercerita tentang kegiatan saya ketika saya masih mengajar. Entah karena rindu mengajar lagi atau karena saya rindu murid-murid saya. Yang pasti saya hanya ingin bercerita.             Saya pertama kali mengajar ketika saya masih du...

Kita

Kita adalah nada Yang tercipta dari dentingan rindu Kala sunyinya malam enggan beranjak Kita adalah kata Yang tertulis dalam goresan resah Kala jarak enggan berpihak Kita adalah tentang aku Kita adalah tentang kamu Yang tak jemu mencumbu waktu Kalasan, 12 November 2015

Rinduku

Menatap jingga yang mulai memudar Ketika rindu semakin mengental Di manakah pijar sang pelita Kala pekat mulai merambat? Kumpulan rindu bagai debu Terserak menanti harap akan temu Adakah waktu akan berpihak Dan semesta memberikan izinnya? Menunggu di dinding penantian Menunggu .......dan hanya menunggu Kepasrahan sudah tiba di ujung asa Akankah ada pertemuan itu? Kalasan, 10 November 2015