SENJA SECANGKIR KOPI

Senja dengan secangkir kopi  hangat beraroma memikat, aku mencoba menikmati suasana dunia maya yang kasat.

Aku terdiam mengamati lalu lintas linimasa. Tertegun dengan kebuasannya.
Inikah kebebasan itu?
Semua orang boleh berkata semaunya, seakan mulutnya tak punya penyaring kesopanan.
Siapa pun yang tak sejalan, dimaki padahal tak kenal.

Aku tertegun, emosi bergolak dalam jiwa, ingin ikut berkata, namun ajaran cinta kasih yang melekat pada diri membuatku hanya terdiam.
Aku pun tak sempurna, maka tak punya hak menghakimi sesama.
Setiap manusia dilahirkan pasti ada tujuan Penciptanya, tapi pasti bukan untuk menyakiti sesamanya.
Karena Tuhan sangat mengasihi manusia. Bahkan, Tuhan akan mengampuni kesalahan dan dosa manusia, jika ia sungguh-sungguh memohon pengampunan dan bertobat.
Namun manusia kadang terlalu sombong untuk mengampuni sesamanya.

Ah, entahlah.
Dunia saat ini memang terasa semakin kejam.
Dan manusia pun tampak semakin congkak dan merasa paling benar.

Di ujung kota, aku hanya bisa melantun sebait doa, semoga damai masih bisa terasa di bumi yang semakin panas, serta tak lupa memohon pengampunan atas segala dosa yang kadang tak sadar dicipta.

Ah, kopiku semakin kehilangan hangatnya.
Dan senjaku pun semakin tua.

Kalasan, 16 November 2016
#johanaocta
IG. @jo_dan_kata

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng : Rahasia Hati Yupitra

Sebuah Cerita : Tentang Sebuah Cinta

Dongeng : Ketika Matahari dan Bulan Saling Mencintai