Postingan

Pertemuan Paling Bangsat

Gambar
Di sudut kota berhujan sore itu, akhirnya kita bertemu dalam ragu. Waktu yang akhirnya kita legakan untuk saling menatap wajah, akhirnya menjawab semua gelisah. Kamu yang lama hanya tersimpan dalam benak, kini ada di sampingku. Dua gelas teh hangat yang terhidang di atas meja, rasanya sudah tak lagi sanggup menghangatkan hati yang terlalu lama menggigil dalam rindu. . Detak jam di dinding dan deru hujan, mengambilkan alih kebisuan kita saat itu. Entah mengapa, bibir terasa begitu kelu hanya untuk menanyakan kabarmu. Dan kamu, hanya menatap nanar rinai hujan terlalu rapat di luar. Tak ada kata di antara kita. Tak ada. Aroma gelisah dan udara dingin seakan melingkupi kita berdua. Ada apa dengan kita? Ada apa dengan kamu? Dan, ada apa dengan aku? Entah pergi ke mana kehangatan yang selalu tercipta setiap kita berjumpa. Entah di mana tatapan penuh rindu yang selalu mengiringi pertemuan kita.  Bukankah kita telah lama menantikan saat ini? Saat akhirnya kita bisa saling duduk berdampinga...

Kita Adalah ....

Kita adalah rasa yang hanya sempat Terukir di atas kaca bagaikan embun Lalu lesap kala mentari mulai menetap Kita adalah ragu yang pernah hinggap Menata hati dalam puing penantian Lalu merunduk pasrah ketika mimpi terhilang Kita adalah kehampaan yang panjang Mulai meletih dalam lenguh kesepian Meniti langkah menuju pulang . . . Kalasan, 22/03/19 #johanaocta IG. @jo_dan_kata

Semangat Sang Waktu

Gambar
Terkadang aku ingin menang melawan waktu. Lalu kuhentikan ia sesuka hati, agar aku dapat menikmati momen yang kusukai lebih lama. Namun nyatanya ia selalu mengalahkanku, hingga terkadang direnggutnya begitu saja masa bahkan tanpa sempat kusadari dan kunikmati hadirnya. Waktu, sepertinya tak punya lelah. Ia pun begitu pongah dan tak pernah mau menunggu. Mana pernah ia mau tahu, bahwa aku kadang juga lelah berpacu. Walau kadang berpeluh, toh tetap saja kuiikuti laju sang waktu. Siapa tahu aku bisa meniru semangat sang waktu. Hingga ketika tiba di akhir perjalanan, aku bisa dengan bangga menyerukan 'akulah pemenang'. . . . Di pos empat lima, 18/12/18 #johanaocta #semangat45 #prosa #lifeisaboutajourney #lifeisbeautiful #nulisajadaripadabego

Menulis Lagi? Siapa Takut!

                Seseorang pernah bertanya, mengapa saya tak lagi menulis, padahal dulu setiap momen yang terjadi dalam hidup pastilah akan tertuang menjadi sebuah ide cerita, puisi, prosa, atau sekedar renungan sebagai pengingat peristiwa. Saya hanya terdiam, karena tak tahu mengapa saya terhenti menulis.  Tak ada ide? Ah rasanya itu bukan alasan. Ide ada di mana saja, hanya bagaimana kita mau menangkapnya saja.  Tak ada waktu? Apalagi itu, karena waktu saya cukup banyak untuk sekedar meluangkan waktu satu jam untuk merangkai kata. Jadi kenapa?                Suatu hari hal itu ditanyakan di salah satu obrolan dengan seorang penulis ternama. “Mengapa kita terhenti menulis?” Lalu ada yang menjawab ‘karena writer block’. Jawaban sang penulis ini sungguh di luar dugaan, “Itu bukan writer block, kamu cuman malas!” Dan seketika saya seperti tertampar. Ya bisa jadi saya...

(Masih) Tentang Kamu

Gambar
Jarak pernah memisahkan begitu lama. Dan bersama adalah suatu kemustahilan yang harus diterima. Kesadaran akan jalan yang berbeda membuat langkah saling menjauh tanpa terpaksa. Kita tak lagi memaksakan kehendak untuk berada pada titik yang sama. Namun lagi-lagi, semesta gemar permainkan rasa. Dipertemukan kita tanpa pertanda. Dan berada dekat denganmu, membuatku teringat bahwa kamu pernah menjadi kemungkinan yang aku semogakan. Lalu salahkah jika kemudian di atas segala ketidakmungkinan , kuabaikan saja kewarasan. Bersengaja kunikmati tiap getaran rasa,  lalu kubingkai indah dalam sudut hati paling sembunyi. Tak peduli walau  semua bisa saja fatamorgana semata. Entah esok atau lusa kau kembali niskala. Tak apa. Biarkan saja. Setidaknya, jika kemudian kenyataan kembali memeluk kita, ada satu perihal yang tersisa, bahwa kau akan menjadi rahasia rasa yang akan kusimpan selamanya. Kalasan, 01/08/18 #johanaocta

Love is Coming

Gambar
Sang pengembara pulang. Hatinya mulai lelah mencari. Ia ingin sejenak berhenti dari perjalanan panjangnya. Jiwanya mulai terasa kering, raganya meletih, dan pikirannya pun mulai berkaru. Bagai tanah kering yang merindu derasnya hujan, demikianlah ia saat ini. Lalu seorang sahabat datang. Tanpa pamrih memberi kesejukan. Didengarnya tiap keluh tanpa kesah. Dia hanya memberi tanpa mengharap balasan. Mereka pun mulai berbagi beban juga rasa yang tersimpan begitu dalam. Tetiba sang pengembara tersadar, bahwa yang dicarinya di seberang lautan, sesungguhnya ada begitu dekat dengannya sekarang. Betapa bodohnya ia selama ini, tak menyadari ada sepotong hati yang menanti dan tulus mengasihi. Sang pengembara itu pulang. Namun hatinya berbunga kali ini. Ia telah menemukan apa yang dicarinya dalam kesedarhanaan sebuah hati. Tempat ia akan selalu pulang, rumah yang sesungguhnya. Kalasan, 6 Oktober 2017 #johanaocta Instagram : @jo_dan_kata

Kembali Setelah Hibernasi Panjang

Gambar
" Hai, aksara! Mari bercinta dalam kata Letupkan gairah kita Biar lepas semua rasa Dan melebur dalam rindu Hingga tercipta karya baru "                     Menulis bagiku sejatinya adalah obat. Namun ternyata sesuatu membuat kelincahan jemariku di atas keyboard ini harus terhenti sejenak. Ada yang menghalangiku untuk menuliskan apa yang ada dalam benak. Rasa takut, gelisah, juga keengganan untuk melukiskan rasa dalam kata seperti yang biasanya kulakukan untuk tetap menjaga kewarasan otak. Sebuah dentuman yang tak berarti ternyata mampu membuat jemari terhenti.             Dan setelah tanpa sengaja menghibernasikan diri, akhirnya toh jemari ini harus bergerak juga. Merangkai huruf menjadi kata lalu menggabungkannya menjadi sebuah kalimat. Ya, otak pun akan lelah jika ia hanya berkata sendiri, sementara di dalam dada ada banyak ungkapan dan pemi...

Sebuah Keresahan

Gambar
Inilah yang saat ini sedang terjadi, tangisan pilu membahana hampir di seluruh negeri. Bukan hanya ditujukan untuk seorang anak manusia yang berada dalam ketidakadilan, namun terlebih menangisi ideologi dan semboyan ibu pertiwi yang dicabik-cabik anak sendiri. Tak bisakah kita kembali melihat jauh ke belakang? Bukan negeri ini dibangun atas keberagaman? Lalu mengapa sekarang hal itu dipermasalahkan? Apa menariknya bicara minoritas atau mayoritas, jika yang kau bicarakan sesungguhnya adalah saudaramu sendiri? Begitu sulitkah mengasihi yang tak sama? Bukanlah sebenarnya kita semua adalah makhluk fana yang berasal dari debu dan pada akhirnya akan kembali menjadi debu? Sampai kapan kau puas bertikai? Ataukah kau menunggu hingga kehancuran menghampiri negeri ini? Dan nama Indonesia hanya indah dalam kenangan? Kalasan, 12 Mei 2017 #johanaocta #renungan #bhinnekatunggalika #prosa #rangkaianrasa

Spasi

Gambar
Tak selamanya aksara terangkai menjadi kalimat yang sempurna. Kadang ia melupa untuk meletakkan titik di akhir kalimat untuk mengakhiri sebuah cerita. Tak jarang ia lupa membubuhi tanda baca yang tepat agar kalimat terasa nyaman dibaca. Pun dalam hidup, kadang kita lupa memberi sedikit jeda, agar pikiran dapat terbuka untuk melihat hal-hal baru. Hati juga perlu istirahat untuk tak selamanya merindu pada yang tak nampak. Namun ini bukanlah tentang kisah masa silam yang datang mengusik agar diri terusik. Bukan. Ini perihal berhenti sejenak, untuk kembali merenungi setiap goresan yang tertoreh dalam hidup. Mencermati setiap peristiwa yang datang lalu menghilang. Lalu mencoba mencari makna dari semua yang tertuang. Yah, kadang aksara pun memerlukan spasi sebagai jarak, agar setelahnya dapat tercipta cerita yang dipenuhi harapan baru. Selamat Selasa. Kalasan, 25 April 2017 #johanaocta

Kandas

Gambar
Langit masih setia dengan gemawan yang menggantung kelam dan mengirimkan rinainya atas kita. Pertemuan yang direncanakan kala itu sempat membangkitkan sebuah harapan akan sesuatu yang baru. Tapi ternyata semesta tak merestuinya. Resah yang kau bawa sore itu membuat mimpi yang kita bangun atas kepercayaan yang merapuh akhirnya terberai. Kesalahan kesalahan yang terus menerus kita tata dalam segala ketidakjujuran sikap, akhirnya tersingkap. Nyatanya kita hanyalah kebohongan kebohongan rasa yang tak mau diungkap. Lalu untuk apa semua ini kita jaga? Untuk apa menyakiti diri yang memang sudah tak ingin sejalan? Kita bukan lagi kita. Dan derai irama hujan sore itu mengiringi langkah kita menuju titik yang berlawanan. Karena mimpi kita memang tak sama. Selamat tinggal. Kalasan, 4 April 2017 #johanaocta