Pertemuan Paling Bangsat
Di sudut kota berhujan sore itu, akhirnya kita bertemu dalam ragu. Waktu yang akhirnya kita legakan untuk saling menatap wajah, akhirnya menjawab semua gelisah.
Kamu yang lama hanya tersimpan dalam benak, kini ada di sampingku. Dua gelas teh hangat yang terhidang di atas meja, rasanya sudah tak lagi sanggup menghangatkan hati yang terlalu lama menggigil dalam rindu.
.
Detak jam di dinding dan deru hujan, mengambilkan alih kebisuan kita saat itu. Entah mengapa, bibir terasa begitu kelu hanya untuk menanyakan kabarmu. Dan kamu, hanya menatap nanar rinai hujan terlalu rapat di luar. Tak ada kata di antara kita. Tak ada. Aroma gelisah dan udara dingin seakan melingkupi kita berdua. Ada apa dengan kita? Ada apa dengan kamu? Dan, ada apa dengan aku?
Entah pergi ke mana kehangatan yang selalu tercipta setiap kita berjumpa. Entah di mana tatapan penuh rindu yang selalu mengiringi pertemuan kita.
Bukankah kita telah lama menantikan saat ini? Saat akhirnya kita bisa saling duduk berdampingan, tanpa ada jarak yang memisahkan? Tapi mengapa justru saat ini kita bagai dua orang tak saling mengenal yang terpaksa duduk di meja yang sama?
Ada apa?
.
"Ada apa, Ken?" akhirnya aku tak sanggup lagi memeluk kebisuan ini terlalu lama.
Kamu hanya menghela nafas, lalu menoleh ke arahku. Sebuah senyum yang nampak dipaksakan terpampang di wajahmu. Tapi, kamu hanya diam dan menatapku semakin dalam.
Aku mulai bimbang menelaah kamu. Kupikir aku telah begitu mengenalmu, ternyata aku salah. Aku bahkan tak bisa menebak maksud tatapanmu.
Suara lonceng pintu masuk memecah kesunyian di antara kita, dan kita sama-sama mengalihkan pandangan kita ke sana.
Seorang lelaki berbadan tinggi tegap, melangkah masuk dan berjalan ke arah meja kita.
Dan kamu berdiri menyambutnya, lalu mengenalkan aku dengannya. Abimanyu namanya. Aku tak bisa menolak ketika engkau memohon izinku untuk mempersilakan Abi bergabung dengan kita.
'Apa maksudmu, Kenzo? Aku semakin bertanya-tanya. Sebenarnya saat ini aku hanya ingin berdua denganmu, mengapa justru kau malah mengajak temanmu bergabung!?', sejujurnya aku ingin meneriakkan kalimat itu.
.
Waktu pun berlalu, dan kebekuan di antara kita akhirnya mencair sejak kedatangan Abimanyu. Kami pun akhirnya terlibat dalam perbincangan yang cukup seru. Ah, ternyata Abi cukup menyenangkan untuk menjadi teman ngobrol. Aku tak menyesal mengenalnya. Ya, aku tak menyesal, sampai pada akhirnya aku mengetahui sesuatu yang seharusnya tak kudengar dari mulut mereka.
Sesuatu yang akhirnya membuatku menyesal seumur hidupku karena aku menghabiskan waktuku untuk merindukan seseorang yang seharusnya tak perlu hadir dalam hatiku. Dan betapa sebelum ini aku menantikan waktu-waktu pertemuan kita.
Bangsat kau, Kenzo!!
Semoga kau bahagia dengan laki-laki pilihanmu itu!
Sialan!!!
Komentar
Posting Komentar