Setelah Perpisahan

Kamu pergi.

Duniaku tiba-tiba saja sepi. Kau bawa semua melodi yang pernah kita ciptakan bersama. Bahkan nada-nada sumbang yang tak sengaja tercipta pun, kau bawa pergi. Tak ada yang kau tinggalkan. Tak satu pun. Hanya kekosongan dan kehampaan yang luput kau bawa pergi.

Lalu di suatu malam berhujan, di ruang sempit ini, semua kenangan yang pernah kita lalui bersama tergambar jelas dalam ingatan. Bagai film hitam putih, ia terus berputar dalam benakku. Memaksaku untuk selalu mengingatmu. Padahal aku tahu, bahwa aku tak akan pernah dapat menggapaimu. Tak pula bisa menghidu aroma kehadiranmu dalam hidupku. Namun, setiap lakumu masih jelas terbayang. Pun hari-hari yang pernah kita lalui, juga tiap dekap penuh keintiman yang pernah kita nikmati bersama. Hadirmu selalu terasa dalam tiap  hembusan napas.

Kamu sudah tak ada.
Namun mengapa bayangmu masih tercipta jelas dalam anganku?
Lalu bagaimana caranya agar aku bisa melupa?

Perpisahan di antara kita adalah takdir. Aku tahu, bahwa aku tak akan pernah bisa kembali ke titik di mana kita bertemu. Bukan aku tak mau menerima kenyataan bahwa engkau telah pergi, namun rasa dan kenangan yang pernah kita miliki tak pernah mau melepasku sendiri. Mereka selalu hadir bersama untuk kemudian membawaku kepada bayangmu, seketika kerinduanku akan dirimu menjadi semakin membuncah. Tapi, kamu sudah tak ada.

Ah, mengapa malam dingin ini terasa begitu panjang untuk kulalui?

Tuhan, biarkan aku terlelap, agar esok ketika pagi datang aku sudah bisa melupakan semua kepedihanku setelah berpisah dengan upilku.


Kalasan, 3 Desember 2016
#3rdGift
#GiftToMyDecember season 2

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng : Rahasia Hati Yupitra

Sebuah Cerita : Tentang Sebuah Cinta

Dongeng : Ketika Matahari dan Bulan Saling Mencintai