Kesudahan Perjalanan
Pada malam di mana aku melihat kelebatan kenangan. Pendar semu mengusap kedalaman hati, lalu memberi sedikit harap untuk kembali menemukan rasa yang sudah lama kutanggalkan.
Mulanya aku yakin akan mendapatkannya kembali. Kuikuti sebuah isyarat yang menuntunku ke sana. Kupungut semua jejak pertanda yang kau tebarkan. Aku melangkah perlahan menuju satu titik tuju. Kamu.
Suara-suara di belakang menahan langkahku. Mengajakku untuk segera berbalik arah karena tujuanku semu. Namun tak kuhiraukan semua itu. Kuabaikan juga kata hatiku. Aku hanya ingin sebuah temu, denganmu. Itu saja.
Dalam ketidakpastian akan akhir perjalanan, aku terus melangkah. Bayangan yang kucari nampak semakin jelas. Semangatku bergolak, kupikir aku hampir sampai. Semakin cepat kulangkahkan kakiku, bahkan sedikit berlari karena ingin segera tiba di tempat yang kutuju.
Namun, semua harapan luruh ketika aku tiba. Tak kudapatkan yang kucari selama ini. Aku hanya melihat kekosongan di sana, sebuah jurang menganga ada di depan mata.
Dan ... kamu tak ada.
Sia-sia perjalananku. Juga penantian yang membuatku kuat menentang waktu yang bergerak terlalu cepat.
Aku tersungkur. Jatuh sekali lagi. Pada kebodohan yang sama.
Kutatap nanar lubang tak berdasar di depan. Aku menyerah. Aku tak mau lagi menghamba pada kenisbian ini.
Cukup.
Sudah.
Selesai.
Kucoba berdiri. Aku tak mau jatuh lagi.
Biarkan saja kupeluk sendiri rindu ini. Aku tak ingin lagi mencari yang tak mau bertemu. Kesakitan ini bagai sembilu di hati. Tapi aku belajar dari luka ini.
Setidaknya aku sekarang tahu, di sisi mana aku harus berdiri.
Kalasan, 17 Februari 2017
#johanaocta
Instagram : @jo_dan_kata
Komentar
Posting Komentar