Kasih Seorang Ibu

               Saya kembali membuat tulisan berdasarkan drama Korea “All About My Mom”. Entah kenapa drama Korea ini sangat menyentuh hati saya. Siang ini sehabis menyelesaikan pekerjaan saya sebagai seorang ibu rumah tangga, saya menonton episode 13 dan 14 dari drama ini. Hampir sepanjang dua episode ini saya menitikkan air mata saya. Tidak, drama ini bukan drama yang bercerita tentang kesedihan atau pun suatu penderitaan, tapi entah mengapa hati saya sangat tersentuh dengan setiap dialog, setiap akting para pemainnya.
               Dalam drama ini saya bisa merasakan perasaan seorang ibu dan juga bagaimana perasaan seorang anak sekaligus. Saya memang belum diberi kesempatan untuk menjadi seorang ibu, tapi saya adalah seorang anak yang menyayangi ibu yang melahirkan dan membesarkan saya.
               Salah satu scene ketika sang ibu harus bekerja keras  secara diam-diam demi membantu seorang anaknya dengan kondisinya tenaganya yang sudah berkurang karena usia, sementara anak yang lain karena tidak tega melihat kondisi ibunya dan berusaha mencegah sang ibu untuk bekerja sungguh sangat menyentuh perasaan saya. Saya bisa merasakan kasih sayang mereka satu sama lain, walaupun tidak mereka tunjukkan dalam perkataan dan perbuatan.
Saya percaya setiap anak pasti sangat menyayangi ibunya. Tidak ada seorang anak pun yang tega ibunya dicemooh oleh orang lain. Namun saya yakin tak ada ibu yang mau melihat anaknya menderita. Jika melihat anaknya menderita, seorang ibu pasti akan berusaha mati-matian untuk membuat anaknya merasa bahagia, walau hanya sejenak. Seorang ibu rela memberikan nyawanya, agar anaknya bisa hidup. Kasih ibu yang begitu besar kepada anak, terkadang tidak disadari oleh anaknya sendiri.
Sewaktu kecil, mungkin kita melihat ibu kita sebagai penolong terbesar dalam hidup kita. Menyusui kita, memberi kita makan, mengajar kita berjalan, bahkan membantu kita menjadi pintar. Ibu melakukannya dengan sangat tulus, tanpa sedikit pun mengharap balasan dari kita. Yang ada dalam pikiran seorang ibu adalah agar anaknya sehat dan bahagia. Namun ketika kita dewasa, menjadi lebih pintar, menjadi lebih kuat, terkadang kita hanya melihat ibu kita sebagai beban. Kita merasa lebih pintar dan lebih tahu mana yang baik, sehingga perkataan ibu kita hanya kita anggap sebagai angin lalu saja. Yang pentingkan tidak membantah. Kita menganggap ibu kita bodoh dan tak tahu apa-apa mengenai dunia modern. Berbicara kasar, membentak, dan tidak menghormatinya lagi kita lakukan tanpa kita sadari. Kita lupa, bahwa kita ada dan menjadi seperti sekarang ini karena seorang ibu yang merejang nyawa untuk membuat kita melihat indahnya semesta.
Kita kadang berbicara dengan apa yang ada dalam otak kita, tetapi ibu berbicara dengan hati yang mencintai. Kita terkadang malas untuk berbincang dengan ibu kita karena menganggap ibu kita sudah ketinggalan jaman, dan tidak tahu apa-apa. Padahal apa salahnya mendengar. Mendengar cerita yang memang akan terus terulang. Terkadang mereka hanya perlu didengar.
Saya mungkin memang bukan seorang anak yang berbakti kepada orang tua saya. Saya bahkan tidak terlalu sering menelpon mereka. Entah, saya merasa ada jarak di antara saya dan orang tua saya atau karena saya tipe orang yang lebih suka menulis daripada berbicara. Tapi setelah menonton drama Korea ini, rasanya saya harus mulai berubah. Berubah dan belajar memahami mereka. Mungkin saat ini mereka merindukan cerita saya, seperti ketika saya masih kecil. Namun satu yang saya yakini, bahwa mereka terutama ibu saya, sangat mencintai saya, dan selalu mendoakan saya dari jauh.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng : Rahasia Hati Yupitra

Sebuah Cerita : Tentang Sebuah Cinta

Dongeng : Ketika Matahari dan Bulan Saling Mencintai