Perihal Pamrih


Raut muka Bias pagi ini tampak kesal. Mulut mengerucut dan napasnya sedikit memburu.

"Mengapa kau nampak kesal, Bi?"

"Aku sudah menolongnya kala ia kesusahan, tapi dia malah berlaku sebaliknya sekarang."

"Lalu apa yang membuatmu kesal? Bukankah kau sudah berbuat baik dengan menolongnya dulu?"

"Seharusnya dia melakukan hal yang sama. Sekarang."

"Kau berharap pamrih dari perbuatan baikmu itu, Bi?"

"Bukan itu maksudku, Binar. Setidaknya ia juga harus membantuku kala aku sedang kesulitan."

"Bi, ketika kamu berbuat baik itu adalah kewajibanmu sebagai manusia. Tapi bukan hakmu untuk menuntutnya berbuat yang sama. Jadi, mengapa kamu gusar? Memang membalas kebaikan  orang lain itu perlu. Tapi perlu bagi siapa? Bagi yang memberi pertolongan atau yang diberi pertolongan? Tentunya untuk yang diberi pertolongan, kan. Jadi, kita sebagai pihak yang memberi pertolongan tidak mempunyai hak untuk menuntutnya mengembalikan pertolongan yang sudah kita beri. Soal membalas kebaikan kita itu murni 100% adalah keputusan yang diberi pertolongan."

Selamat Senin!

Kalasan, 6 Maret 2017
#johanaocta
Instagram : @jo_dan_kata

#cerita #renungan #kisah #kumpulancerita #motivasi #menulis #rangkaiankata #bercerita #inspirasi #aktifmenulis
#johanaocta2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng : Rahasia Hati Yupitra

Sebuah Cerita : Tentang Sebuah Cinta

Dongeng : Ketika Matahari dan Bulan Saling Mencintai