Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Sebuah Catatan Kaki : Sulitnya Memenuhi Janji

          Hari ini adalah hari terakhir di bulan Desember 2015. Besok kita sudah memasuki tahun yang baru. Artinya hari ini adalah hari terakhir saya menyiapkan hadiah untuk Desember. Hadiah? Ya. Hadiah. Jadi, bulan Desember tahun 2015 ini, saya membuat sebuah project “ Hadiah untuk Desember” yang artinya selama 31 hari di bulan ini saya akan menulis lalu akan saya posting di dalam blog saya. Project ini muncul secara spontan, yaitu ketika saya membaca kembali salah satu status yang saya tulis di sebuah akun sosial media milik saya. Melalui status yang saya tulis itu saya baru menyadari bahwa selama ini sayalah yang selalu menerima banyak hadiah di bulan Desember ini, sementara saya jarang atau bahkan tidak pernah mempersembahkan sesuatu kepada bulan kelahiran saya ini. Akhirnya tercetuslah project pribadi saya ini. Ketika memutuskan membuat project ini saya tidak pernah menyangka bahwa menghasilkan tulisan selama 31 hari ternyata tidak...

Episode Akhir Tahun untuk Dimitri

          Hari ini, hari ke 365 di tahun 2015 akhirnya datang juga. Hari di mana setiap orang mulai berpikir tentang perjalanan hidup mereka selama satu tahun dan pencapaian apa yang sudah diraih. Hari di mana setiap orang mulai menutup buku kehidupan mereka selama satu tahun. Hari di mana setiap pribadi mulai membuat resolusi untuk tahun yang akan datang dan mulai berpikir tentang waktu. Demikian juga dengan Dimitri Prawira. Karena hari inilah dia memutuskan untuk kembali. Kembali kepada cinta pertamanya, cinta yang tumbuh pada masa-masa pendidikannya sebagai pelajar sekolah menengah. Seseorang yang mungkin pernah hilang dalam hari-hari Dimitri namun tidak di hati dan pikirannya, karena Dimitri tidak pernah melupakannya. Ya, dia yang dulu dengan malu-malu hanya bisa dipandang Dimitri dari kejauhan. Dia, yang hanya mendengar tawanya saja sudah membuat hati Dimitri berdegub begitu kencang. Dia, yang memiliki nama lengkap Amara Godeliva. Sah...

Merindukan Sepi

Beribu kata memenuhi udara Membaur dalam ribuan partikel debu Riuh.....ramai... Bahkan suara hatiku pun tak bisa kudengar Lelah aku mendengar Letih aku menanggapi Tenagaku bagai terseret dalam putaran arus Yang deras dan begitu kuat mengikat Rindu aku dengan sepiku Ketika aku bisa bercakap dengan diriku Saat aku berkarib dengan sunyi Sepiku mungkin tak pekat Namun ia mendekapku erat Dan hanya dengannya ku bisa tenang Aku rindu sepiku Sepi yang membuat ku mengenal diri Sepi yang memberiku inspirasi Sepi yang memenuhiku dengan rasa Enyahlah kau hingar Aku bosan mendengar Aku ingin sendiri Aku ingin sepiku Kalasan, 30 Desember 2015 My #30 gift for my December

(Masih) Tentang Kamu

Ada keletihan terpancar di sana Membaur bersama gurat wajah Walau ia masih sama mempesona Kala kesegaran belum memudar Keindahan sorot matamu tak berubah Masih ada berjuta warna di sana Seakan banyak cerita yang tersimpan Dan tak sempat tersampaikan Rengkuhanmu masih sama Sarat rindu yang tak pernah lesap Hadirkan debar yang tak kunjung reda Meski kini raga termakan usia Dan di sini kita sekarang Bergumul bersama kenangan Bercumbu bersama kisah lama Yang takkan pernah usai Kalasan, 29 Desember 2015 My #29 gift for my December

Dongeng : Agenor di Negeri Liliput

                  Agenor kebingungan. Pagi ini dia terbangun dari tidurnya dalam sebuah pondok di tengah hutan belantara yang tak dikenalnya. Ia sangat ketakutan ketika keluar dari pondok itu dan yang dilihatnya hanyalah pohon-pohon besar dengan sulur-sulurnya yang menjuntai ke bawah. Agenor ingin menangis, tapi dia malu karena sedari kecil dia diajari bahwa laki-laki tidak boleh menangis. Agenor kemudian teringat bahwa malam sebelumnya ia bertengkar dengan ayahnya. Ayahnya memarahi dia karena dia lupa mencari kayu bakar karena keasyikan bermain dengan teman-temannya. Akibat dari kelalaiannya, tungku pemanas di rumah mereka tidak bisa menyala lama sebab kekurangan kayu bakar. Padahal adiknya, Carolos, sedang sakit demam. Karena hal itu, demamnya bertambah buruk. Ayahnya memarahi dia dan menyuruhnya untuk pergi ke hutan sekarang juga untuk mencari tambahan kayu bakar, agar tungku pemanas di rumah mereka bisa kembali meny...

Ia, Masa Lalu

Ia pernah hadirkan cinta yang begitu besar Bersamanya aku mengerti rasa bahagia Bersamanya aku mengenal apa itu cinta Bersamanya aku tahu apa itu rindu Bersamanya aku belajar bagaimana rasa sakit itu Ia pernah ciptakan harapan Bersamanya aku pernah membangun mimpi Berpeluk dalam lingkaran waktu Ciptakan kebahagiaan yang kupikir akan selamanya Namun, ia juga yang membuatku sadar Bahwa mimpi tak selamanya indah Bahwa apa yang akan kami bangun tidaklah sekokoh yang dibayangkan Kehadirannya memang hadirkan getaran Menciptakan kenikmatan yang tak biasa Namun menyadarkan aku bahwa semua hanya sementara Karena kemudian semua akhirnya selesai Dan aku sadar bahwa ia bukan untukku Ia memang sudah pergi Tak akan kembali lagi Darinya aku belajar arti kenyataan Bagaimana menjadi kuat dalam kesendirian Menjadi tegar dalam penantian Hingga akhirnya kutemukan cinta milikku Ia... Masa lalu Kalasan, 27 Desember 2015 My #27 ...

Rasa yang Dipertanyakan

Jika rasa ini menganggumu Biarkan saja ia perlahan menghilang Ia tak perlu jawaban Mungkin ia memang tak seharusnya ada Jika rasa ini menghambat langkahmu Biarkan saja ia melangkah pergi Ia tak perlu kau tahan Mungkin ia tak seharusnya datang Jika rasa ini kembali kau pertanyakan Apa arti semua dekap dan untaian kata cinta? Adakah itu hanya sebuah rasa pelepas penat? Atau hanyalah huruf pelengkap sebuah kata? Jika memang kau tak menghendaki Biarkan saja ia pupus Biarkan saja ia berkarat oleh waktu Mungkin itu bisa membuatmu tenang Dan biarkan aku sendiri di sini Bersama letih yang kau tinggalkan Bersama rindu yang kau ciptakan Bersama rasa yang kau pertanyakan Kalasan, 25 Desember 2015 My #25 gift for my December

Cerpen : Malam Natal Jeremia

          Jeremia berjalan dalam diam menyusuri trotoar di sepanjang jalan menuju ke rumahnya. Ia berjalan perlahan, seakan ia ingin memperlama waktunya agar tidak segera sampai ke tempat yang ia tuju. Pikirannya melayang entah ke mana. Andai saja ia boleh memilih sesungguhnya ia tidak ingin melakukan perjalanan ini. Sudah beberapa tahun ini ia memang selalu menolak jika ibunya memintanya pulang. Bahkan pada bulan Desember dua tahun yang lalu ketika adiknya Sara melahirkan anak pertamanya pun ia membuat berbagai alasan agar tidak perlu pulang ke rumahnya. Ada sesuatu yang membuatnya enggan menginjakkan kaki ke rumah orang tuanya. Namun kali ini dia tidak bisa menolak keinginan ibunya, sebab ibunya sendiri yang datang ke tempat kostnya dan memohonnya untuk pulang pada perayaan Natal tahun ini. Itulah sebabnya hari ini dia melakukan perjalanan untuk kembali pulang. Tanpa disadarinya ia sudah tiba di sebuah rumah mungil bercat putih dengan po...