Cerpen : Sebuah Hari dalam Hidup Joane


          Joane memandang mobil yang dikendarai Katera hingga mobil itu menghilang di tikungan. Ia lalu masuk ke dalam ke dalam rumahnya dan menutup pintu dengan perlahan.
          “Perpisahan lagi,” desahnya. “Dan entah kapan lagi kami bisa bertemu lagi.”
          Joane duduk di sofa ruang tengah rumahnya. Di pangkuannya ada bungkusan kado yang baru saja ditinggalkan oleh Katera untuknya. Hari ini memang hari ulang tahun Joane yang kedua puluh empat. Dan hari ini adalah hari di mana ia bisa bertemu lagi dengan Katera setelah beberapa pertemuan yang tertunda karena Semesta tak mengijinkannya. Joane mengusap perlahan sebuah kotak bewarna biru dengan pita merah jambu di atasnya. Joane mulai melepaskan ikatan pita yang mengikat kotak itu, lalu dengan perlahan ia mulai membuka tutup kotak. Joane melihat sebuah buku harian di sana. Buku harian berwarna biru, warna kesukaannya. Di atas buku itu ada secarik kertas berwarna merah muda, dan sebait kalimat tertulis di sana dengan tinta warna biru.
Dear Joane, Happy Birthday to you. Wish you all the best.
Selamat menua, Jo. Selamat menghasilkan santan yang kental melalui gerakan
jemarimu di atas keyboard laptop kamu. Terus menulis ya, Jo. 
Aku adalah salah pembaca setia yang selalu menunggu tulisan-tulisanmu.
Tetap sehat, tetap semangat, dan selalu bahagia,ya.
Aku tahu kamu selalu memendam perasaan dan beban hati kamu, Jo. 
Semoga buku harian ini bisa menjadi tempat yang tepat untuk kamu mencurahkan semua perasaan hati kamu. Masih suka warna biru, kan?

                                                                                          Love,
                                                                                         - Kai –

Joane membaca berulang-ulang tulisan tangan Katera pada kertas merah jambu itu. Kai tidak pernah lupa bahwa Joane memang pecinta warna biru. Dan Kai pun tak pernah lupa bahwa Joane tak pernah bisa membagi beban hatinya pada siapa pun, ia selalu mencurahkan perasaannya lewat buku harian. Hal itu sudah Joane lakukan sejak ia duduk di bangku Sekolah Dasar. Dan dari situlah hobi Joane menulis bermula.
          Yah, mereka memang baru saja bertemu untuk merayakan ulang tahun Joane. Di tengah segala kesibukan mereka, setiap tahun, tepat pada tanggal kelahiran Joane atau Katera, mereka memang selalu menyempatkan untuk bertemu. Seperti yang pernah mereka janjikan dulu ketika mereka berpisah karena Katera mendapat pekerjaan di luar kota. Rasanya seperti baru kemarin saja mereka mengucapkan janji itu. Joane masih ingat persis apa yang terjadi pada sore itu, di sebuah cafe di kota mereka.
          “Jo, aku diterima kerja di Semarang,” kata Katera waktu itu.
          “Wah, selamat ya, Kai. Aku bangga sekali padamu,” balas Joane.
          “Dan kamu, Jo, jadi menerima tawaran sebagai guru Kimia di SMP Ganesha?” tanya Katera.
          “Entahlah, Kai, aku kok ngga yakin bisa jadi guru, ya?” jawab Joane.
          “Kamu pasti bisa, Jo. Kamu suka mengajar dan kamu suka Kimia. Kamu juga anak-anak, kan?” balas Katera. “Aku yakin kamu bisa. Lebih baik kamu kamu menerima tawaran itu, Jo. Atau coba kamu pikirkan baik-baik dulu. Jangan langsung menyerah sebelum kamu sempat mencobanya, Jo. Nanti kamu malah menyesal, loh.”
          “Iya, Kai, iya..... aku akan berpikir baik-baik. Rasanya aku juga ingin menerima tawaran itu, sih,” jawab Joane. “Tapi, kita jadi berjauhan, Kai. Aku takut tidak bisa menahan rinduku padamu.”
          “Ah, kita kan masih bisa bertemu. Kamu bisa ke Semarang kalau sekolahmu libur, kan. Atau aku bisa mengambil jatah cutiku dan kita bisa bertemu. Tapi aku janji, Jo, sebisa mungkin di hari ulang tahunmu atau ulang tahunku, aku akan menemuimu. Kita akan merayakan hari ulang tahun bersama-sama. Bagaimana?” kata Katera.
          “Baiklah, Kai. Kalau kamu ngga bisa cuti, nanti biar aku yang menemuimu di Semarang. Janji, ya?” balas Joane.
          Dan akhirnya mereka masing-masing berusaha menepati janji mereka. Memang terkadang waktu sering tak berpihak. Terkadang ketika salah satu dari mereka berulang tahun, yang lain justru sedang tak bisa menemui atau ditemui karena kesibukan pekerjaan mereka masing-masing. Tapi hari ini beruntung sekali Joane karena Katera kebetulan sedang dinas di kota mereka, sehingga mereka bisa bertemu. Hari ini mereka bisa saling melepas rindu dan berbincang tentang apa saja sebelum akhirnya mereka pergi ke restoran favorit mereka untuk makan siang bersama sekaligus merayakan ulang tahun Joane.
          Malam harinya setelah membersihkan wajah dan mengoleskan krim malam di wajahnya, Joane membuka buka harian hadiah dari Katera, dan mulai menulis di halaman pertama buku itu.
          ‘December 18, 2015.
 Dear diary, 
Hari ini aku berulang tahun, dan kamu adalah hadiah yang diberikan Kai untukku. Hari ini dia juga menepati janji kami dulu  untuk bertemu di hari ulang tahun masing-masing kami. Aku bahagia sekali. Setelah sekian janji bertemu kami yang selalu dihalangi Semesta, hari ini kami bisa bertemu. Aku begitu bahagia hingga ingin menangis. Aku tak menyangka pertemuan hari ini bisa terjadi. Begitu bahagianya hingga jemariku gemetar di hadapannya. Begitu bahagianya hingga rasanya aku ingin  memeluknya dan tak ingin lagi membiarkan dia keluar dari pintu rumahku. Begitu bahagianya hingga aku ingin menari-nari di depannya.
Dear diary, 
Dia tadi memelukku dengan erat dan mencium bibirku. Pelukannya begitu hangat dan tangannya yang kokoh itu seakan memang diciptakan untuk melingkupi tubuhku di dadanya. Ah, aku bahagia sekaliiiiii...... Ciumannya begitu mesra, penuh rasa cinta, dan sarat dengan kerinduan. Bibirnya terasa begitu manis. Dan aku sangat menyukainya, diary. Sukaaaaaa sekalii...
Ada ungkapan “if you wanna stop the time then kiss”, and I feel like  wanna stop that time forever, because I wanna kiss him again....and again....and again...
Dear diary, 
Hari ini adalah hari ulang tahun terindah yang pernah aku alami. Dan aku berterima kasih bisa mengalaminya dan merasakannya.
Dear, diary, 
Kai sudah pulang, tapi dia jahat karena terus meninggalkan rindu yang tak pernah berkurang, malah selalu bertambah setiap saat.
Diary, kapan ya kami bisa bertemu lagi? Aku sudah mulai merindukannya lagi.”

Joane membaca ulang apa yang sudah dia tulis, lalu dia menutup buka harian itu. Joane berjalan ke arah cermin yang berada di samping meja tulisnya. Dia memandang pantulan wajah dalam cermin itu. Di sana tampak wajahnya yang sedang tersenyum. Joane meraba bibirnya, dia masih merasakan bekas ciuman Katera tadi di sana. Kemudian perlahan ia memandang matanya yang terpantul di cermin, dan di sana ia melihat mata indahnya yang sedang berkaca-kaca. Joane menghela napas perlahan. Ya, dia tahu bahwa dia sudah mulai merindukan Katera lagi. Rindu yang selalu membuatnya tak sadar meneteskan air mata. Rindu yang dia tidak tahu kapan bisa diredakan. Mungkin dia harus menunggu tahun depan untuk bertemu? Atau pada bulan Juni kala Katera berulang tahun? Joane tidak tahu. Dia hanya berharap Semesta tak lagi menghalangi tiap pertemuan mereka. Jika hari ini Semesta mengijinkan mereka bertemu karena ia berulang tahun, maka Joane ingin dia berulang tahun setiap hari saja, agar bisa bertemu dengan Kai. Dari 352 hari di tahun 2015 yang sudah Joane lalui mungkin hari ini adalah hari terindah yang pernah dialaminya.






Kalasan, 19 Desember 2015
My #19 gift for my December





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng : Rahasia Hati Yupitra

Sebuah Cerita : Tentang Sebuah Cinta

Dongeng : Ketika Matahari dan Bulan Saling Mencintai