Sepenggal Kenangan Masa Kecilku


            Siang ini, setelah semua pekerjaan rumah tangga diselesaikan dengan mulusnya dan menyisakan rasa lelah pada raga, saya kembali duduk di depan laptop. Di layar laptop saya nampak tampilan huruf-huruf yang saya tekan pada keyboard, kemudian saya tercenung sejenak, apa yang harus saya tulis hari ini? Seseorang yang sangat dekat di hati dan pembaca setia blog saya mengirimkan sebuah pesan pagi ini,  singkat saja isinya : ”cerita hari ini request yang ceria dan no sad ending”. Fiuuhhh.....pesan yang hanya terdiri dari beberapa kata itu ternyata menyisakan kegalauan selama beberapa jam ke depan hingga akhirnya saya duduk di depan laptop saya, sekarang.

            Flashback beberapa jam ke belakang, ya....

          Setelah pesan singkat itu, sambil mengerjakan pekerjaan rumah tangga, otak saya memutar dengan cukup keras, mau cerita apa, ya,  yang bisa menghadirkan rasa keceriaan dan ending yang bahagia? Kemudian saya teringat pesan salah seorang penulis novel muda yang menjadi teman saya di twitter, ia pernah berkata, ‘Menulislah, ketika kamu ingin menulis. Jangan menunda waktu jika keinginan untuk menulis itu ada. Ketika kamu mempunyai waktu dan niat untuk menulis namun tidak ada ide di kepala, ingatlah kenangan. Di sana biasanya ada cerita.”  Mengingat hal itu, kemudian saya berusaha memanggil kenangan-kenangan yang ada dalam memory card di otak saya, memory card yang sudah berusia hampir 42 tahun. Kemudian kenangan-kenangan itu mulai bermunculan, ada kenangan yang menyenangkan, ada kenangan yang menyedihkan. Karena ada request hari ini hanya boleh menulis tentang bahagia, maka saya menyingkirkan kenangan-kenangan yang menyedihkan , dan memanggil lebih banyak lagi kenangan-kenangan yang menyenangkan dan dapat membangkitkan rasa bahagia. Waaahhh.....ternyata cukup banyak stok kenangan saya yang membahagiakan yang bisa saya tulis. Hidup saya ternyata penuh dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang terkadang justru saya lupakan.

Kemudian saya memilih satu kenangan yang akan saya ceritakan di sini, sekarang. Kenangan yang membahagiakan, kenangan masa kecil saya ketika saya berada di Semarang.

            Dan inilah kenangan itu.....

            Semasa kecil saya sering menemani Nenek saya untuk tinggal di Semarang. Nenek saya hidup sendiri, Kakek saya sudah meninggal pada tahun 1973 sebelum saya dilahirkan. Anak-anak beliau pada saat itu sebagian sudah menikah dan memiliki kehidupan sendiri di kota lain, sedang anak bungsunya saat itu mempunyai pekerjaan di luar kota Semarang. Saya adalah cucu kedua beliau, dan saya adalah yang paling sering diajak ke Semarang untuk menemaninya. Rumah beliau yang terletak di Kampung Magersari Semarang, sangat mungil. Rumah yang hanya terdiri dari 2 ruangan itu dekat dengan langgar/surau. Rumah Nenek tidak memiliki kamar mandi pribadi, sehingga jika ingin mandi dan buang air kami harus pergi ke MCK umum. MCK umum pada masa itu tidak berupa kamar mandi yang layak dengan jamban dalam ruang tertutup seperti saat ini, namun hanya berupa sumur umum dan tempat buang air besar yang letaknya dekat sungai, sehingga kotoran akan langsung dibuang ke sungai tersebut. Kamar mandi dan WC pada kala itu hanya berupa bilik-bilik dengan pintu seadanya dan tanpa atap. Jadi letaknya terbuka. Lalu bagaimana jika hujan turun dan hasrat untuk buang air sangat mendesak dan tidak bisa ditahan? Orang akan pergi ke WC umum, membawa ember kecil berisi air dan memakai payung. Kira-kira bisa membayangkan, yaa, seperti apa. Seru? Ya jika kita mengingatnya sekarang, tapi pada masa itu, yaa.....mau tak mau karena yang ada cuma itu. Hehehehe......

Salah satu hal yang terus teringat hingga kini adalah saat-saat ketika sore hari kami anak-anak mandi bersama di sumur umum tersebut. Kami, anak-anak, akan telanjang di dekat sumur beramai-ramai, menunggu guyuran dari orang dewasa yang akan menimbakan air dari sumur yang ada, untuk kami mandi. Dan itu adalah momen yang menyegarkan.... hahahaha... Bisa dibayangkan betapa riuhnya kami kala itu, ketika guyuran air menerpa kepala masing-masing dari kami. (Wah....sungguh memori yang menyenangkan, dan membuat saya tersenyum simpul ketika menuliskan ini. J ). Lalu setelah selesai kami akan pulang ke rumah kami masing-masing, hanya memakai handuk yang dililitkan di badan kami. Tidak ada rasa malu pada saat itu, bahkan kami pun tidak takut dengan keadaan seperti itu berjalan menuju ke rumah kami. Entah rasanya dunia pada saat itu lebih bersahabat dibandingkan dengan saat ini.

            Terus terang bagi saya yang biasa hidup di kota, bermain bersama anak-anak di kampung Nenek saya itu terasa sangat menggembirakan. Saya yang biasanya tidak boleh bermain di luar terlalu lama, merasa sangat bebas ketika berada di kampung. Saya bisa berlari-larian keliling kampung, saling kejar mengejar, mencari buah murbei di sepanjang bantaran sungai, bermain masak-masakan dengan beras sungguhan yang dimasak dengan kaleng bekas susu, dan masih banyak lagi kegiatan lain yang tidak mungkin saya lakukan jika saya berada di rumah orang tua. Lalu jika sore hari kami duduk-duduk di pinggir jalan kampung sambil  menunggu penjaja makanan muncul, atau hanya sekedar bersenda gurau sambil menunggu malam datang. Sungguh pengalaman yang menyenangkan dan tak akan bisa lagi diulang.

 Ada satu kenangan yang  terus membekas hingga saat ini, yaitu ketika saya berkejar-kejaran dengan teman-teman semasa kecil saya. Saya yang begitu semangatnya mengejar seorang teman melewati sebuah jembatan, tidak memperhatikan keadaan jembatan yang sudah sedikit rusak sehingga ada kayu yang menjorok keluar dan bisa menyebabkan orang yang melewatinya akan terjerembab jika tidak hati-hati. Saya yang tidak hati-hati kala itu, langsung jatuh terjerembab dan wajah saya membentur pinggir jembatan yang terbuat dari bebatuan. Pada saat kejadian itu, sih, saya sama sekali tidak merasakan apapun, hanya sedikit nyeri saja, dan saya masih terus mengejar teman saya (agak tomboy dan sedikit badung, ya, ternyata saya ini?). Namun pada sore hari sepulang dari bermain ternyata benturan itu menyebabkan daerah sekitar mata saya bengkak sebesar telur ayam kampung. Waaah....Nenek yang sangat panik kala itu, langsung membawa saya ke rumah sakit. Puji Tuhan, tidak ada luka yang berarti, mata saya baik-baik saja, hanya memang memar. Satu mata saya harus ditutup agar bisa diobati. Nenek saya sangat lega. Tapi, saya, yang matanya ditutup sebelah, keesokan harinya menjadi bulan-bulanan teman-teman, mereka mengejek saya “bajak laut, mripat siji.” Marah? Enggak, sih. Sebel? Banget! Yah, mau gimana lagi?? Paling kalo ada yang mengejek langsung saya kejar. Tetaaaappp....bandelnya. Tidak berubah walaupun dalam kondisi seperti itu. Hahahaha....

            Ah,  mengenang kenangan masa kecil memang benar-benar menyenangkan. Saya bisa tersenyum bahkan tertawa sendiri mengingatnya. Dan saya merasa sangat beruntung memiliki kenangan yang cukup indah di masa kecil saya di Kota Semarang itu. Saya yang termasuk anak rumahan yang tidak boleh bermain di luar rumah terlalu lama, merasa sungguh bahagia mempunyai kenangan manis dan cukup bar bar (hehehehe) dengan teman-teman bermain masa kecil saya yang justru berada di Kota Semarang. Saya merasa kaya dengan pengalaman yang saya miliki ini.

            Saya ingin mengakhiri cerita saya hari ini dengan mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sepermainan saya, yang sekarang entah berada di mana. Mungkin mereka masih berada di tempat yang sama, atau bahkan sudah melanglang buana melintasi dunia. Di mana pun kalian berada, terima kasih sudah mengisi masa kecil saya dengan pengalaman yang sangat indah dan menyenangkan, sehingga saya bisa mengenangnya hari ini dengan senyuman kebahagiaan.

            Terakhir, untuk Kamu pembaca setia blog saya, yang mengirim pesan pagi ini dan meminta ‘cerita yang ceria dan no sad ending’, semoga cerita ini bisa memenuhi permintaan dan memuaskan Kamu. Terima kasih juga karena dengan permintaanmu itu, saya jadi kembali mengingat kenangan masa kecil  dan membuat saya tertawa.






Kalasan, 4 Desember 2015
My #4 gift for My December.



Komentar

  1. Very nice..... kenangan masa kecil memang paling asyik jika diceritakan kembali. Gak terasa ngebaca tulisan jo (begitu saya memanggilnya), jadi bikin pikiranku melayang-layang lagi ke masa kecil.... dan akhirnya bisa membuat ku tersenyum simpul kecil. Thanks jo

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dongeng : Rahasia Hati Yupitra

Sebuah Cerita : Tentang Sebuah Cinta

Dongeng : Ketika Matahari dan Bulan Saling Mencintai