Surat untuk Putra Penguasa Siang
Selamat pagi kekasihku, Pengeran Aditya...
Pagi ini langit kembali
berwarna kelabu.
Sepi dan tak berpenghuni.
Tampak kosong dan hampa.
Hanya kesunyian yang tergambar
dengan jelas.
Hamparan kabut yang tipis
terasa begitu dingin seakan semakin menggenapkan kebekuan ini.
Kehangatan sinarmu tak
lagi kurasakan bahkan cercahnya tak dapat kutatap.
Semburat merah fajar tanda pertemuan kita tak terlihat
Semburat merah fajar tanda pertemuan kita tak terlihat
Jingga semburat senja pun tak lagi nampak.
Ke manakah engkau?
Kekasihku,
Sepanjang hari kucari
tanda-tanda kehadiranmu di langit.
Kutunggu di tempat kau biasa menyapaku.
Kunanti sinar lembutmu
yang membelai kulitku.
Kuharapkan hangatmu yang
memeluk tubuhku dari kejauhan.
Ingin kudengar lagi semua
ungkapan rasa lewat sapamu di sela-sela kesibukanmu menyinari bumi.
Aku merindukanmu,
Kekasihku.
Namun, di manakah engkau?
Kekasih hatiku,
Jika Penguasa Semesta
memang tidak menakdirkan kita untuk saling menyentuh,
Setidaknya berikan aku kesempatan untuk selalu memandangmu dari
kejauhan.
Tunjukkan padaku
tanda-tanda kehadiranmu, agar batin ini tenang.
Aku rela dengan semua yang
sudah digariskan dalam Kitab Alam.
Bahkan aku rela jika aku
tak dapat lagi berdekatan denganmu.
Asalkan aku tahu kau ada
di tempatmu.
Asalkan aku tahu kau
sedang melakukan tugasmu.
Asalkan aku tahu bahwa
kamu ada.
Semua itu sudah cukup
untukku.
Hanya tanda-tanda
kehadiranmu yang kuharapkan.
Kekasihku..
Pandanglah ke langit
malammu hari ini.
Lihatlah di sana, lihatlah
aku yang begitu merindukanmu.
Derai hujan yang jatuh ke
bumi malam itu, adalah derai air mata rinduku.
Aku menangisi
ketidakhadiranmu di langit.
Aku tenggelam dalam
kesedihanku karena aku tidak merasakan hadirmu.
Lihatlah sinarku, wahai
kekasihku...
Terangku semakin meredup
karena mengharap berjumpa denganmu.
Hatiku terasa tertusuk
oleh duri-duri kerinduan ini.
Rasa perih dan pedihnya begitu
sempurna mengoyak jiwaku.
Namun, tak jua kutemukan dirimu.
Di manakah engkau?
Dambaan
hatiku...
Sampaikan pesanmu pada
embun pagi esok hari.
Katakan padanya di mana
engkau berada.
Ungkapkan semua
isi hatimu padanya.
Katakan juga jika
engkau pun merindukan aku.
Namun jika tidak,
Setidaknya katakan padanya
bahwa kamu ada.
Pangeran Adityaku,
Aku selalu menunggumu di
perbatasan hari.
Aku menantimu di semburat
jingga senja.
Aku akan hadir pada
merahnya fajar yang merekah.
Karena aku ingin bertemu
denganmu dan merasakan keberadaanmu.
Jika memang Semesta tak
menginginkan kita selalu bersama,
Aku akan memohon ijinNya,
untuk dapat memelukmu sekali saja.
Agar sirna semua kerinduan
di dada.
Namun,
Jika Semesta masih juga tak mengijinkan kita.
Aku hanya memohon satu hal
padaNya.
Ijinkan aku untuk selalu
merasakan hadirmu.
Ijikan aku tahu bahwa kamu
ada.
Jika
cintaku membuatmu terluka, maka biar kupendam rasaku.
Asalkan
aku tahu bahwa engkau selalu bahagia.
Dari yang selalu
merindukanmu,
Putri Arana
Kalasan, 8 Desember 2015 Pukul
5.03
My #8 gift for my December
Komentar
Posting Komentar